Lulus Cumlaude Universitas Beken, Belum Tentu Lulus Di Universitas Kehidupan

Hasil gambar untuk pecundang
     Lulus sarjana dan bangga? Tentu adalah hal yang sangat wajar. Karena berkat kerja keras dan belajar mati matian. Akhirnya cita cita jadi sarjana, jadi kenyataan. Namun, hidup tidak berhenti hingga sampai disana. Masih teramat jauh perjalanan yang harus ditempuh, yakni mempersiapkan diri untuk memasuki Universitas Kehidupan.Bagi lulusan sarjana tapi seterusnya mengalami kegamangan dalam menapakan kaki di Universitas Kehidupan, maka jadilah ia penganggur elit.
Mengapa Orang Jadi Penganggur?
Adalah sebuah kebohongan, bila ada yang memberi alasan, bahwa tidak ada lowongan pekerjaaan. Sesungguhnya ada begitu banyak lowongan pekerjaan. Namun sejatinya, lowongan yang ada dianggap tidak sederajat atau tidak sesuai dengan gelar sarjana yang dipanggulnya. Maka orang dengan tipe ini, lebih memilih menjadi penganggur, ketimbang melakukan pekerjaan, yang dinilai tidak sesuai dengan pendidikannya. Putra pertama kami lulus dalam usia 21 tahun di California State University dengan predicate magna cumlaude. Sejak masih duduk kuliah ia sudah mempersiapkan diri untuk terjun kemasyarakat. Di negeri orang sudah mulai mengajar disore hari, selesai kuliah. Sehingga ketika kembali ke Indonesia, hanya seminggu bersantai dan pada minggu kedua sudah mulai membuka kursus computer. Belakangan baru beralih kebisnis lainnya. Jadi tidak ada waktu yang terbuang sia-sia. Begitu juga dengan putra kedua dan putri kami. Sejak masih di bangku kuliah, mereka sudah mempersiapkan diri untuk melanjutkan hidup di universitas kehidupan tanpa jedah waktu untuk berleha-leha.
Pekerjaan Tidak Harus Sesuai dengan Jurusan yang diambil
Hidup tidak dapat dipatok, berdasarkan ilmu matematika. Misalnya: Jurusan Hukum Harus jadi penegak Hukum. Jurusan bahasa, harus jadi guru bahasa. Demikian juga jurusan ilmu pasti (exacta), harus jadi guru ilmu pasti. Semuanya tergantung pada kondisi dan peluang. Sekolah, kuliah adalah masa untuk pembentukan karakter dan pembinaan cara berpikir dan latihan dalam mengambil keputusan disaat saat yang tepat. Jadi tidak harus dipaksakan. Istri saya lulusan IKIP ilmu exacta (ilmu pasti), saya sendiri IKIP jurusan bahasa. Namun kami menemukan peluang lain, yakni menjadi pengusaha. Maka pekerjaan sebagai guru, kami tinggalkan dan kami beralih ke bisnis. Ternyata bisa. Putri kami, menyelesaikan study dibidang Interior Desain tetapi akhirnya bekerja sebagai tax consultant dan sekaligus di Kantor Pos.
Harus Berani Mengambil Keputusan yang Tepat
Berpikir itu baik. Karena itu dikatakan bahwa pikir itu pelita hati. Tapi terlalu banyak berpikir, akhirnya membuat orang tidak berani mengambil keputusan. Ibarat orang mengikuti lelang terbuka, terkadang kita dihadapkan pada pilihan, ” take it or leave it“. Saat saat penentuan inilah sikap mental kita diuji. Dan ujiannya jauh lebih berat, dibandingkan dengan ujian untuk meraih gelar sarjana. Karena dalam ujian sarjana,andaikata tidak lulus, maka masih ada kesempatan kedua dan ketiga untuk mengulangi ujian. Namun dalam ujian hidup sekali tidak lulus, maka terkadang tidak ada lagi kesempatan yang kedua.
Jangan Lengah dan Mabuk Sukses
Jalan agar kita bisa selamat dalam menempuh ujian hidup, salah satunya adalah ”jangan lengah. Jangan mabuk kesuksesan“. Kita bukan tipe manusia yang gila uang, tetapi jangan lupa, bila tidak ada uang di tangan, bisa menyebabkan orang menjadi gila benaran. Karena itu, jangan pernah biarkan peluang yang ada didepan mata lewat begitu saja. Karena apa yang sudah berlalu,tidak mungkin lagi akan kembali Tulisan ini, mungkin saja dikategorikan sebagai tulisan ”noise” , suara orang pensiun yang berisik. Namun sesungguhnya, inilah jalan yang kami tempuh, dalam alih perjalanan dari dunia pendidikan ke University of Life. Dan dengan rasa syukur yang tak henti hentinya, kami berdua sudah lulus ujian kehidupan sehingga kini dihari tua, kami berdua dapat menikmati hidup layak.


Comments

Popular Posts