INVASI ISIS


Sejak tahun 2006, ISIS memiliki kekuatan militer besar dan menjadi organisasi militer terkuat di Irak. Kondisi itu memberi pengaruh di daerah yang luas. Tetapi, mereka harus berhadapan dengan munculnya organisasi Dewan Kebangkitan yang merupakan perhimpunan bersenjata dari klan dan kabilah Irak, yang didirikan untuk melawan organisasi al-Qaeda dengan dukungan pasukan AS dan pemerintah Irak.

ISIS selalu menyiapkan laskar berani matinya untuk melakukan invasi militer, dengan posisi siap tempur. Berlatih dan berlatih menjadi program hariannya. Sedangkan di Suriah, ISIS yang menghimpun para pasukan dengan kualitas tempur yang lebih baik berhasil meraih sejumlah kemenangan.

Mereka relatif menguasai penuh wilayah Deir al-Zour di perbatasan Irak. Tapi di sisi lain, mereka kehilangan pengaruh di Aleppo dan pedesaan sekitarnya. Akhirnya, seluruh pasukannya harus angkat kaki dari Aleppo. Menurut Charles Lester, peneliti dari Brookings Institute Centre di Doha menyebutkan perkiraan jumlah pasukan organisasi Daulah Islamiyah di Suriah mencapai 6000 atau 7000 personil.

Sementara di Irak jumlahnya sekitar 5000 hingga 6000 personil. Sedangkan pakar masalah Timur Tengah Roman Caillet dari French Institute mengatakan bahwa mayoritas pasukan organisasi Daulah Islamiyah adalah orang-orang Irak atau Libya. Al-Jazeera menyebutkan, mayoritas pasukan organisasi Daulah Islamiyah ada di Suriah.

Pasukan itu terdiri dari orang-orang Suriah. Namun, pemimpin organisasi Daulah mengatakan, mayoritas personil pasukan datang dari luar Suriah yang sebelumnya memiliki pengalaman perang di Irak, Chechnya, Afghanistan dan berbagai medan tempur lainnya. Sebaliknya di Irak, mayoritas pasukan Daulah Islamiyah adalah orang-orang Iraq sendiri. Pada kesempatan berbeda, Abdullah bin Mohammed, analis strategi Salafy Jihadi mengakui, pada awalnya ia membantah dan meragukan informasi itu. Namun, sejumlah informasi dari kelompok Anshar Islam Sunni di Irak menunjukkan ISIS di Irak sulit dikendalikan. Organisasi Anshar Islam Irak –arus Sunni di Irak- pada Februari 2013 berkirim surat pada pimpinan al-Qaeda, Aiman Zawahiri. Dia menegaskan konflik antara pasukan ISIS dan sejumlah kelompok di Irak disebabkan tidak adanya penanggung jawab resmi dari organisasi itu di Irak.

Dengan tidak adanya sumber itu, muncul banyak inisiatif lapangan yang pada akhirnya berbenturan dengan kelompok mujahidin Irak seperti kelompok Anshar Islam dan lainnya. Berulangkali, pasukan ISIS dikabarkan menyerang kelompok Jamaah Anshar Islam. Sementara pihak Anshar Islam mencoba mengendalikan diri untuk memelihara situasi dari kondisi genting. LADANG MINYAK Tak seperti pemberontak di Suriah, ISIS tampak akan mendirikan kekhalifahan Islam di Suriah dan Irak.

Kelompok ini tampak berhasil membangun kekuatan militer. Pada 2013 lalu, mereka menguasai Kota Raqqa di Suriah – yang merupakan ibukota provinsi pertama yang dikuasai pemberonyak. Juni 2014, ISIS juga menguasai Mosul, yang mengejutkan dunia. AS mengatakan kejatuhan kota kedua terbesar di Irak merupakan ancaman bagi wilayah tersebut. Kelompok ini mengandalkan pendanaan dari individu kaya di negara-negara Arab, terutama Kuwait dan Arab Saudi, yang mendukung pertempuran melawan Presiden Bashar al-Assad.

Saat ini, ISIS disebutkan menguasai sejumlah ladang minyak di wilayah bagian timur Suriah, yang dilaporkan menjual kembali pasokan minyak kepada pemerintah Suriah. ISIS juga disebutkan menjual benda-benda antik dari situs bersejarah. Belakangan, mereka menguasai kota Mosul sebagai kota terbesar kedua di Irak dari sisi jumlah penduduk pada 11 Juni 2014. Mereka juga menguasai Tikrit yang merupakan basis kelompok pro Saddam Husein.

Dan di dua kota itu, mereka memperoleh dana yang besar. Namun demikian, sejumlah pengamat tidak melihat bahwa jatuhnya Mosul dan Tikrit adalah karena kekuatan personil ISIS. Melainkan karena dukungan kelompok bersenjata kabilah yang dahulunya adalah loyalis mantan penguasa Irak, Saddam Husein. Prof Neumann yakin sebelum menguasai Mosul pada Juni lalu, ISIS telah memiliki dana serta aset senilai US$ 900 juta dollar, yang kemudian meningkat menjadi US$2 milliar. Kelompok itu disebutkan mengambil ratusan juta dollar dari bank sentral Irak di Mosul. Dan keuangan mereka semakin besar jika dapat mengontrol ladang minyak di bagian utara Irak.

Kelompok ini beroperasi secara terpisah dari kelompok jihad lain di Suriah, al-Nusra Front, afiliasi resmi al-Qaeda di negara tersebut, dan memiliki hubungan yang “tegang” dengan pemberontak lain. Baghdadi mencoba untuk bergabung dengan al-Nusra, yang kemudian menolak tawaran tersebut. Sejak itu, dua kelompok itu beroperasi secara terpisah. Zawahiri telah mendesak ISIS fokus di Irak dan meninggalkan Suriah kepada al-Nusra, tetapi Baghdadi dan pejuangnya menentang pimpinan al-Qaida. Di Suriah, ISIS menyerang pemberontak lain dan melakukan kekerasan terhadap warga sipil pendukung opoisisi Suriah.

Sikap terhadap Israel yang melakukan pembantaian di Gaza, menurut juru bicara ISIS, Nidal Nuseiri dikutip oleh salah satu media Israel, yakni Israelnationalnews, ISIS hingga saat ini belum melakukan jihad ke Gaza merupakan bagian dari rencana yang tengah disusun. Menaklukan Jarussalem dan menghancurkan negara Israel merupakan tujuan besar kelompok tersebut. Meski demikian, ISIS harus membangun sebuah strategi yang sistematis sebelum menyerang Israel.

“ISIS terlebih dahulu membangun dasar negara Islam di Irak dan menggunakan di Suriah dan Libanon yang sudah diraih. Menyerang Israel tidak semudah membalik telapak tangan, karena dibelakangnya banyak Negara zionis yang mendukungnya.

Tanpa strategi matang, kami bagaikan mengirimkan pasukan bunuh diri yang hukumnya haram dalam Islam,” katanya. Karena itu, Amerika Serikat yang menjadi sekutu terbesar Israel harus lebih dahulu dilemahkan secara politik dan ekonomi lewat serangan langsung ke tanah Amerika. Selain itu, ISIS mengagendakan adanya serangan terhadap kepentingan AS di negara-negera Muslim.



Saat ini ISIS butuh memperluas batas wilayah melingkupi Suriah yang lebih luas. Termasuk Irak, Suriah, Libanon, Yordania, dan kemungkinan Gaza. Dengan menguasai negara tersebut, baru ISIS akan berkonfrontasi melawan Israel.

“Waktunya pasti datang, ISIS akan menyerang Amerika Serikat dan selanjutnya menyerbu Israel. Jika peristiwa itu terjadi, kami yakin semua fitnah keji terhadap kami pasti akan hilang dari dunia,” ujarnya dengan tersenyum.

Comments

Popular Posts