Penikmat Retorika Idiologi
Retorika adalah sebuah teknik pembujuk-rayuan secara persuasi untuk menghasilkan bujukan dengan melalui karakter pembicara, emosional atau argumen, secara umum seni manipulatif atau teknik persuasi politik yang bersifat transaksional untuk mengidentifikasi pembicara dengan pendengar melalui pidato, persuader dan yang dipersuasi saling bekerja sama dalam merumuskan nilai, kepercayaan dan pengharapan mereka.
Ideologi adalah ide atau gagasan. Tujuan utama di balik ideologi adalah untuk menawarkan perubahan melalui proses pemikiran normatif. Ideologi adalah sistem pemikiran abstrak yang diterapkan pada masalah publik sehingga membuat konsep ini menjadi inti politik.
Banyak yang menjadikan retorika sebagai tameng dari kebohongan guna tercapainya maksud yang sama sekali tidak ada kaitannya dengan nilai seni yang mengarah pada keindahan, ini bukan pada retorika tetapi bisa disimpulkan rekayasa, menghadapi bahasa retorika banyak orang yang tak paham dengan bahasa tersebut namun pada hakikatnya adalah arah bahasa yang lebih kental unsur seni (estetik), coba anda bayangkan atau mendengar seorang yang berpidato di tengah banyak orang audiens itu semua menggunakan istilah retorika dilihat dari pidato dalam sebuah estetika, atau melobi, juga saat ada merayu dan melobi seseorang, retorika di situ sangat diperlukan contohnya kata sanjungan untuk gadis, kata lembut untuk wanita. Intelektualitas seseorang bisa dilihat dari seseorang pada saat menggunakan bahasa dan tutur kata pastinya dengan penuh retorika bahasa yang nampak saat di kumandangkan dari ucapan, kata berasal dari lidah yang sama seperti orang mengatakan retorika disini bisa dikatakan ada penilaian yang lebih tinggi dan mengandung dialektika intelektualitas seni bahasa yang lebih dari para pendengarnya atau dalam tulisan saat dibaca bisa terdapat pada sebuah teks tulisan.
"Tangguh, bersemangat tinggi dan bercita-cita luhur." Hal-hal tersebutlah yang idealnya ada dalam diri pemuda. Dengan segudang potensi yang dimilikinya, pemuda dapat berkontribusi dalam sebuah perubahan. Pemuda senantiasa menjadi akselerator dalam setiap pergerakan. Semua ini mungkin terdengar klise tapi sejarah nyata telah mencatat, pemuda dapat membangun bahkan meruntuhkan sebuah peradaban. Pemuda ideal kurang lebih memiliki kriteria yang disebutkan di atas; tangguh, bersemangat tinggi dan bercita-cita luhur. Namun bagaimana faktanya sekarang? Sosok-sosok pemuda yang ideal sangat jarang ditemukan. Sejarah tentang perjuangan heroik para pemuda pembela islam di masa lalu kini hanya tinggal kenangan, sebatas cerita usang yang perlahan menjelma dongeng. Jangankan berbicara sebuah perubahan, keadaan pemudanya saja kini sedang ‘sakit’. Mayoritas pemuda masa kini, termasuk di dalamnya pemuda muslim, telah terlena oleh kehidupan yang instan dan nyaman. Instan, dalam artian mereka menerima mentah-mentah pemikiran yang sudah ada di tengah masyarakat. Nyaman dalam artian mereka menikmati gaya hidup yang dijalaninya tanpa memikirkan benar atau salah dalam pandangan sang pencipta. Mungkin selama ini mereka merasa aman-aman saja padahal sesungguhnya mereka dalam posisi yang terancam, dan parahnya mereka tidak sadar sebagai penikmat retorika idiologi.
Ali bin Abi Thalib berkata :
ﺣﺪ ﺛﻮﺍ ﺍﻟﻨﺎﺱ ﺑﻤﺎ ﻳﻌﺮﻓﻮﻥ ﺍﺗﺤﺒﻮﻥ ﺍ ﻥ ﻳﻜﺬﺑﻮﻥ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺭﺳﻮﻟﻪ
“Berbicaralah dengan orang sesuai dengan tingkat kemampuan mereka, apakah engkau suka Allah dan Rasulnya didustakan.”
Qaulan Sadida (perkataan yang benar, jujur) QS. An Nisa ayat 9
ﻭﻟﻴﺨﺶ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻟﻮ ﺗﺮﻛﻮﺍ ﻣﻦ ﺧﻠﻔﻬﻢ ﺫﺭﻳﺔ ﺿﻌﺎﻓﺎ ﺧﺎﻓﻮﺍ ﻋﻠﻴﻬﻢ ﻓﻠﻴﺘﻘﻮﺍ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﻟﻴﻘﻮﻟﻮﺍ ﻗﻮﻻ ﺳﺪﻳﺪﺍ
“Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah dibelakang mereka, yang mereka khawatirkan terhadap (kesejahteraannya)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertaqwa kepada Allah dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar (qaulan sadida)”.
Qaulan Baligha (tepat sasaran, komunikatif, to the point, mudah dimengerti) QS. An Nisa ayat 63
ﺃﻭﻟﺌﻚ ﺍﻟﺬﻳﻦ ﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﻠﻪ ﻣﺎ ﻓﻲ ﻗﻠﻮﺑﻬﻢ ﻓﺄﻋﺮﺽ ﻋﻨﻬﻢ ﻭﻋﻈﻬﻢ ﻭﻗﻞ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﺃﻧﻔﺴﻬﻢ ﻗﻮﻻ ﺑﻠﻴﻐﺎ
“Mereka itu adalah orang-orang yang Allah mengetahui apa yang di dalam hati mereka. karena itu berpalinglah kamu dari mereka, dan berilah mereka pelajaran, dan katakanlah kepada mereka qaulan baligha–perkataan yang berbekas pada jiwa mereka”.