Korea Utara Bukan Suriah: Mengapa AS Tidak Bisa Menyerang Pyongyang

News Portals: 19:20 WIB

WWIII - Presiden AS Donald Trump tidak mungkin dan tidak akan sanggup melancarkan serangan ke Korea Utara, meskipun negara nakal itu melakukan yang terbaik untuk memprovokasi tetangganya dengan tes rudal bahkan yang gagal sekalipun.

South China Morning Post telah mencantumkan 5 alasan mengapa AS tidak dapat menyerang Korea Utara dan salah satunya sampai sejauh tahun 1955.

Surat kabar tersebut telah mencatat bahwa situasi di Korea Utara tidak sama dengan Suriah, di mana Trump melancarkan serangan terhadap pangkalan udara setelah menuduh Presiden Suriah Bashar al-Assad membom bangsanya sendiri dengan senjata kimia.

Setiap tindakan militer di Korea Utara "membawa risiko yang jauh lebih besar".

Secara teknis, semenanjung Korea tetap dalam keadaan perang meski pertempuran berhenti pada tanggal 27 Juli 1955 dengan suatu gencatan senjata yang ditandatangani oleh Washington dan Beijing disahkan oleh PBB. Jika AS memanfaatkan ancamannya dan menyerang Korea Utara, hal itu akan melanggar perjanjian tersebut.

Tidak seperti Suriah, kemampuan senjata nuklir Korea Utara telah matang dalam beberapa tahun terakhir tambah surat kabar tersebut. Negara nakal tersebut telah melakukan 5 uji coba nuklir dan mengklaim telah berhasil melakukan miniatur "hulu ledak nuklir" walaupun hal itu belum diverifikasi secara independen.

Meskipun ada beberapa tes gagal, para ahli militer percaya bahwa Pyongyang telah belajar dari kemunduran dan bisa mengembangkan rudal balistik antarbenua yang bisa mencapai AS dalam waktu 4 tahun ke depan selama masa kepresidenan Trump.

Masalah lain yang dihadapi AS jika menyerang Korea Utara adalah Cina. Korea Utara dan Cina telah menandatangani Perjanjian Kerjasama Persahabatan Bersama Sino-Korea Utara dimana kedua belah pihak berkewajiban untuk menawarkan bantuan militer dan bantuan segera jika terjadi serangan dari luar.

Perjanjian tersebut telah diperpanjang 2 kali dan berlaku sampai tahun 2021. Cina bersikeras resolusi damai karena khawatir perbatasannya akan ditembus oleh ratusan ribu pengungsi Korea Utara jika rezim Kim Jung-un ambruk.

"Sudut pandang geopolitik, Beijing memandang Korea Utara sebagai zona penyangga dari perambahan potensial oleh kekuatan yang sesuai dengan AS, termasuk Jepang dan Korea Selatan," kata SCMP.

Baik Korea Selatan maupun Jepang tak menginginkan provokasi militer. Seoul, ibukota Korea Selatan hanya berjarak 40 km dari perbatasan dan karenanya "sangat rentan terhadap serangan Korea Utara.

Sam Gardiner, mantan kolonel Angkatan Udara AS mengatakan kepada majalah The Atlantic bahwa AS "tidak dapat melindungi Seoul, setidaknya untuk 24 jam pertama perang dan mungkin untuk 48 jam yang pertama".

Bahkan mantan presiden AS Bill Clinton keluar dari pemboman reaktor Yongbyon pada tahun 1994 setelah pejabat pertahanan telah mengatakan kepadanya bahwa intensitas suatu pertempuran dengan Pyongyang "akan lebih besar daripada yang pernah terjadi disaksikan dunia sejak Perang Korea yang lalu".

Comments

Popular Posts