Pemerintah RI Menanti Konfirmasi Kematian 3 Orang Indonesia Dalam Serangan Angkatan Darat Filipina

News Portals: 20:50 WIB

JAKARTA - KBRI Manila saat ini sedang menunggu konfirmasi resmi dari pihak berwenang militer untuk memverifikasi kematian 3 orang Indonesia dalam sebuah serangan terhadap militan yang berafiliasi dengan Negara Islam di Filipina selatan pekan lalu.

Angkatan Bersenjata Filipina (AFP) dilaporkan membunuh 36 militan dalam sebuah operasi militer di provinsi selatan Lanao del Sur. Setidaknya 1 paspor Indonesia ditemukan dalam serangan tersebut.

Lalu Muhammad Iqbal, direktur perlindungan warga dan bantuan hukum di Kementerian Luar Negeri, mengatakan bahwa kedutaan tersebut telah berusaha untuk mengkonfirmasi laporan media mengenai jumlah militan yang terbunuh dalam operasi tersebut.

Perwakilan AFP mengatakan serangan pekan lalu ditargetkan terhadap anggota dari kelompok teror Al-Qaeda yang beroperasi di wilayah tersebut, yang diyakini telah berjanji setia kepada khalifah Negara Islam Abu Bakr al-Baghdadi dalam beberapa tahun terakhir.

"KBRI Manila telah meminta konfirmasi tentang keabsahan laporan tersebut, namun AFP belum memberikan tanggapan," kata Iqbal pada hari Rabu (26/04).

"AFP memberi tahu kami bahwa mereka akan melakukan tes DNA terhadap militan yang terbunuh, tapi itu juga belum terjadi," tambahnya.

Iqbal mengatakan Konsulat Jenderal Indonesia di Davao City juga berlokasi di Filipina selatan menerima informasi dari pemerintah daerah terkait dengan ditemukannya paspor Indonesia.

"Namun, AFP masih belum dapat memastikan apakah paspor tersebut termasuk dalam 36 orang yang terbunuh dan di mana mereka ditemukan," kata Iqbal.

Personel militer telah mengambil alih basis pemberontak utama di provinsi ini sebagai hasil operasi pekan lalu. Jenderal Eduardo Año, kepala staf AFP yang sedang menjabat, mengatakan bahwa 14 orang yang tewas dalam operasi tersebut telah diidentifikasi dengan benar oleh petugas intelijen dan saksi mata.

Dia mengatakan operasi pembersihan militer sedang berlangsung, karena pasukan keamanan masih mencari pemimpin kelompok tersebut, Isnilon Hapilon.

Hapilon dikatakan sebagai mantan anggota jaringan teroris Jemaah Islamiyah regional, yang bertanggung jawab atas beberapa serangan dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pemboman Bali tahun 2002. Kelompok Maute adalah satu dari sekian banyak jaringan militan Islam yang beroperasi di Filipina selatan.

Comments

Popular Posts