Cina dan Rusia Benteng Dunia Multipolar Yang Menghancurkan Dominasi AS


Seperti yang dikatakan oleh filsuf dan analis politik Rusia Aleksandr Dugin bahwa dunia unipolar, ideologi globalis, dan hegemoni Barat sedang runtuh dan AS tidak ingin tinggal diam. Washington bersedia mengambil tindakan apa pun untuk menghentikan hal ini terjadi. Jadi masalah Ukraina muncul ketika AS menyatakan "invasi Rusia yang akan datang."

Namun krisis Ukraina saat ini pada dasarnya bukan masalah Rusia-Ukraina tetapi masalah AS-Eropa. Hasutan AS terhadap krisis Ukraina bertujuan membunuh 2 burung dengan 1 batu, menindak Rusia dan menstabilkan NATO. Karena saat ini anggota NATO di Eropa semakin terasing dari AS maka AS perlu memanfaatkan krisis Ukraina untuk memecah belah Rusia dan Eropa, mengkonsolidasikan NATO dan meningkatkan kendali AS atas organisasi tersebut. Akibatnya, negara-negara Eropa harus memperkuat NATO serta aliansi transatlantik. 

Selain Ukraina ada banyak leverage lain yang tersedia untuk AS di Eropa. Negara-negara kecil seperti Lithuania dapat dengan mudah dikendalikan dan digunakan oleh AS. AS lebih khawatir tentang kurangnya kepatuhan oleh negara-negara besar seperti Jerman dan Prancis yang dapat menyebabkan hubungan Eropa-AS keluar dari jalur saat ini. Itulah alasan mengapa AS berusaha mati-matian untuk mengacaukan proyek pipa gas Nord Stream-2 dan menghentikan Jerman dan Rusia untuk membentuk semacam kemitraan ekonomi. 

Apa yang telah dilakukan AS di Eropa untuk menargetkan Rusia serupa dengan operasi anti-Cina di kawasan Asia-Pasifik. Pengejaran globalisme AS sejak Perang Dunia II pada dasarnya merupakan keinginan untuk mempertahankan dunia di mana ia berada di atas angin. Saat ini AS sedang mencoba memperluas lingkaran pertemanannya sementara hanya mengecualikan Cina dan Rusia. Sebab dalam pandangan AS hanya 2 kekuatan tersebut yang memiliki kemampuan untuk melindungi kedaulatannya. 
 
Pada akhirnya AS tidak ingin negara dominan lain muncul di luar Amerika Utara. Cina adalah ekonomi terbesar kedua di dunia dan memiliki kemampuan pertahanan militer yang memadai sedangkan Rusia adalah kekuatan militer yang tangguh dengan wilayah yang luas dan sumber daya yang berlimpah. Sementara itu tingkat koherensi strategis yang tinggi antara Cina dan Rusia akan membuat iri semua negara yang selaras secara historis. Kemitraan antara Cina dan Rusia bukanlah aliansi. Tetapi keduanya menawarkan dukungan yang kuat satu sama lain secara politik dan ekonomi. Dengan kerja sama politik, ekonomi dan keamanan yang mendalam dan stabil Cina dan Rusia akan memastikan bahwa ada lebih dari 1 kutub di dunia menginspirasi negara-negara lain untuk melakukan yang terbaik untuk menjadi sepenuhnya berdaulat.

Karena AS memahami kekuatan Cina dan Rusia maka AS mencoba menceritakan kisah "Cina dan Rusia yang jahat bersatu untuk menimbulkan ancaman bagi dunia" dan terus-menerus menggembar-gemborkan "ancaman" kerja sama Cina-Rusia. AS dulu percaya bahwa Rusia akan berasimilasi dengan Eropa dengan cara yang diinginkannya setelah disintegrasi Uni Soviet tetapi kenyataannya ternyata cerita yang berbeda. Hal ini membuat AS gelisah dan kecemasannya semakin meningkat dengan bangkitnya Cina sebagai peradaban yang berbeda dari Barat. Akibatnya ada demonisasi yang tak terhindarkan dari Cina dan Rusia. Namun ini tidak masuk akal karena tidak ada yang bisa menghentikan perkembangan Cina atau persahabatan antara Cina dan Rusia. 

Hubungan Cina-Rusia telah menjadi landasan tatanan internasional multi-kutub. Era unipolar hanyalah ilusi sekilas selama 1 dekade atau lebih setelah Perang Dingin tetapi AS masih berusaha mati-matian untuk mempertahankannya. Meskipun demikian Cina dan Rusia ada sebagai 2 benteng di dunia yang tidak dapat ditembus oleh AS yang merupakan jaminan dasar dunia multipolar. 

Comments

Popular Posts