Senjata Nuklir Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia Menimbulkan Bahaya 'Eksistensial' Bagi AS Dan sekutunya


Senjata nuklir Korea Utara, Tiongkok, dan Rusia terus menimbulkan bahaya "eksistensial" bagi AS dan sekutunya menurut laporan dewan penasihat pemerintah AS yang dirilis Rabu.

Dewan Penasihat Keamanan Internasional (ISAB) Departemen Luar Negeri AS merilis Laporan Pencegahan dalam Dunia Multipolaritas Nuklir dan menekankan bahwa penanganan bahaya dari musuh potensial harus diprioritaskan.


“Senjata nuklir di tangan negara-negara tersebut dan negara-negara lain termasuk Republik Demokratik Rakyat Korea terus menimbulkan bahaya nyata bagi AS dan teman-teman, mitra, dan sekutunya di seluruh dunia,” kata laporan itu merujuk pada Korea Utara dengan nama resminya.

“Oleh karena itu, respons yang efektif terhadap perkembangan ini harus menjadi prioritas nasional.”
Laporan tersebut mencatat tantangan nuklir karena menyoroti bahwa AS kini menghadapi dua pesaing nuklir yang setara yaitu Rusia dan Tiongkok.


“Rusia, yang merupakan mantan mitra dalam pengurangan risiko nuklir telah menggunakan ancaman nuklir sebagai alat pemaksaan dalam invasi ilegalnya ke Ukraina,” kata laporan itu.

“RRT berupaya memperluas persenjataannya secara signifikan.”


RRC adalah singkatan dari nama resmi Tiongkok, Republik Rakyat Tiongkok.


Laporan tersebut, khususnya mengutip laporan Pentagon tahun 2022 yang memproyeksikan bahwa persenjataan nuklir Beijing dapat mencapai persediaan 1.500 hulu ledak pada tahun 2035.


Hal ini juga menunjukkan bahwa penyebaran teknologi yang cepat berarti sekutu-sekutu AS tidak terlalu bergantung pada AS dalam hal teknologi canggih.


“Pengabaian pedoman rudal AS-Republik Korea secara bertahap selama dua dekade terakhir menggambarkan menurunnya relevansi kontrol teknologi dalam mencegah proliferasi rudal sekutu,” katanya mengacu pada Korea Selatan dengan nama resminya.


“Tetapi ambisi militer sekutu juga bisa berarti pengembangan senjata nuklir. Hal ini harus ditentang keras oleh AS” tambahnya.


Pada tahun 2021, Seoul dan Washington mencabut pembatasan pedoman rudal yang melarang Korea Selatan mengembangkan atau memiliki rudal balistik dengan jangkauan maksimum lebih dari 800 kilometer.


ISAB diawasi oleh wakil menteri luar negeri untuk pengendalian senjata dan keamanan internasional dan memberikan rekomendasinya kepada menteri melalui wakil menteri.

Comments

Popular Posts